Puji dan Syukur tak henti kita panjatkan kepada Allah SWT yang tiada henti memberikan nikmat, berkah, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Karena nikmat dan hidayah dari Allah berupa keimanan dan keislaman-lah yang membuat kita tetap kokoh berjalan di atas jalan Allah. Dan nikmat kesehatan dan kesempatan dari Allah pula sehingga hari ini kita dapat berkumpul di tempat ini dalam rangka melaksanakan salah satu aktivitas yang merupakan kewajiban kita sebagai umat Islam, yakni menuntut ilmu.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini sebagai rahmatan lil alamiin, yang telah menggempur kesesatan dan mengibarkan panji-panji kebenaran, serta memperjuangkan islam hingga sampai kepada kita sebagai rahmat tak terperi dari allah SWT
“Dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik –
baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua – duanya sampai
berumur lanjut dalam pemliharaanmu, maka sekali – kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” ( Al Isra’ ayat 23).
Begitulah Alquran
menggambarkan tentang bagaimana manusia harus berbuat baik kepada kedua orang
tua. Karena memang sudah sepantasnya dan seharusnya bagi seorang anak untuk
berbuat baik kepada kedua orang tuanya, yang demikian itu karena betapa besar
jasa keduanya kepada sang anak.
Alqur’an juga
menyinggung bagaimana pengorbanan orang tua terhadap anaknya ketika sang anak
masih dalam kandungan. Betapa susah dan payahnya sang ibu dalam menjaga
kandungannya agar sang anak terlahir dengan sehat dan sempurna. Bagaimana
sakitnya derita yang di tanggung sang ibu ketika menanti detik – detik
kelahiran, dia berjuang sekuat tenaga antara hidup dan mati demi si mungil
pujaan hati. Dan seberapa banyak keringat yang di keluarkan sang ayah dalam
mencari nafkah untuk membahagiakan sang anak yang nantinya akan menjadi pelita
ke hidupan mareka, kata – kata lelah tidak pernah terucap dari bibir sang ayah
tatkala melihat senyum bahagia dari bibir mungil Si Penyejuk Mata.
Maka dengan tegas
Allah memerintahkan dalam al qur’an Surah Al luqman ayat 14 Firmannya.
“Dan kami
perintahkan kepada manusia
( berbuat baik ) kepada dua orang ibu bapanya ; ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah – tambah dan menyapihnya dalam dua tahun .,
bersyukurlah kepada –Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada –Kulah
kembalimu”
Dengan konteks
ayat tersebut Allah menghendaki agar sang anak berbakti kepada kedua orang tua
mereka dan bersifat lemah lembut kepada keduanya, itupun masih jauh dari cukup
bila dibandingkan dengan kepayahan dan kelelahan orang tua dalam mengandung ,
membesarkan dan mendidik sang anak hingga beranjak dewasa.
Melihat kebesaran
perjuangan orang tua, Allah menghukumkan kepada sang anak wajib bersifat
lemah lembut kepada ibu bapaknya dalam berbagai macam dimensi kehidupan
Firmanya.
“ Maka sekali
– kali kamu janganlah mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mareka”
Al qur’an adalah
kitab pegangan umat Islam yang sangat sempurna, semua hal-hal
yang berhubungan dengan kehidupan ini telah tercantum dalam kitab yang mulia
itu, dan tak terkecuali tentang hakul awlad ‘alal walid dan hakul
walid ‘alal awlad (hak anak terhadap orang tua dan hak orang tua terhadap
anak). Dalam kontiks ini tidak kurang dari 5 ayat dalam al qur’an ungkapan yang
menyinggung tentang birrul walidaini, yang menunjukkan bahwa betapa
pentingnya masalah ini.
Selama ini orang
tua kebanyakannya hanya menuntut haknya saja, hak minta dihormati , hak minta
ditaati, hak minta dikasihi oleh anak – anaknya. Para
orang tua kelihatannya terlena dalam memahami makna Birrul Walidaini
dengan pemahaman yang sempit, menurut mareka anak wajib tunduk dan
taat ke pada mereka dan anak wajib menerimanya.
Permasalahan
semacam ini kelihatannya sudah menjadi rahasia umum, sering terjadi beda
pendapat antara orang tua dan anak. Dan yang sering menjadi korban Power
Birrul Walidain adalah anak.
Doktrin orang tua
terhadap anaknya bahwa anaknya wajib taat terhadap mareka berdua. Anak tidak di
perbolehkan untuk protes apapun yang akan di bebankan kepadanya,
kalau anak berani protes maka power Birrul Walidain berkata ”
Kamu akan menjadi anak yang kualat berani membantah orang tua”.
Apakah benar yang
di maksud Alqur’an semacam itu ? tidak ada diskusi dan musyawarah dengan
anak dalam mengambil keputusan, yang akhirnya keputusan itu membuat anak
terbebani dan kecewa, yang pada akhirnya kekecewaan itulah penyebab anak berani
dengan orang tuanya baik dengan tingkah laku atau perkataan.
Menurut Mahmud
Mahdi Al Istanbuli dalam bukunya mendidik anak nakal ( Terjemhan) Katanya “
Lemah lembutlah terhadap anak mu dan bantulah dia untuk mentaati mu, mengoreksi
kekurangannya dan memperbaiki kesalahannya janganlah engaku bersikap
keras dan kasar terhadapnya. Dalam suatu hadis Rasulullah SAW pernah bersabda:
Artinya: Allah
mengasihi orang tua yang membantu anaknya dalam berbakti kepadanya.Seharusnya
orang tua bersikap lemah lembut dalam bertutur dan bertindak. Lebih memikirkan
perasaan anak ketimbang perasaan mareka sendiri. Dan mareka seharusnya lebih
bijak dalam mengambil keputusan yang nantinya keputusan itu akan di bebankan
kepada anak. Namun kebiasaan orang tua selalu otoreter terhadap anak apalagi
dalam masalah pendidikan dan perjodohan. Seolah – olah orang tua lebih
mengetahui nasib anaknya ketimbang anaknya sendiri, padahal anaklah yang
menjalani hidupnya . Sehingga sering terjadi kehancuran masa depan anak akibat
keputusan orang tua yang keliru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar